Museum ini bukan museum biasa, dalam artian ia berfungsi semacam buku biografi. Hanya saja, untaian riwayat sang tokoh tidak dikemas melalui bundelan teks, melainkan sebuah biografi ringkas via benda-benda dan foto-foto yang dipajang melalui tatacara tertentu di ruang-ruang ekshibisi museum.
Wisatawan yang mengunjungi museum ini akan
terkagum-kagum dengan koleksi ribuan buku milik Ki Hadjar Dewantara yang
tersusun rapi di rak-rak yang terbuat dari kayu jati. Museum ini juga menampilkan
beberapa karyanya yang fenomenal. Misalnya, tulisannya yang berjudul Ais Ik eens
Nederlander Wasatau Seandainya Saya Seorang Belanda dan Een voor
Allen maar Ook Allen voor Een atau dalam bahasa Indonesia berjudul Satu untuk semua, tetapi semua untuk satu jua. Selain itu, satu
karyanya yang menumental adalah Sari Swara, yakni buku yang berisi tangga nada Jawa
dalam musik gamelan yang telah dikonversi menjadi bentuk partitur Barat.
Jika membandingkan dengan museum di Barat
barangkali wisatawan tidak akan terlalu terkesan dengan model rancang-bangun
museum yang notabene adalah rumah Ki Hadjar Dewantara sendiri, namun
wisatawan akan mengerti banyak bagaimana sulitnya perjuangan beliau pada ranah
politik dan jurnalistik melalui lembaran-lembaran buah pemikirannya di
awal abad ke-20. Museum ini menyediakan perpustakaan yang memadai jika
wisatawan tertarik mendalami pemikiran Ki Hadjar Dewantara.
0 komentar:
Posting Komentar