Berada jauh dari keramaian kota,
sebuah Joglo
bernama Cipto Wening berdiri dengan
keanggunan tradisinya sebagai sebuah museum batik. Museum Lingkungan Batik “ Joglo Cipto Wening”
berada di dusun Paseban, desa
Ketandan Tengah, tak jauh di utara pasar utama Kecamatan Imogiri,
Bantul.
Museum Lingkungan Batik “Joglo Cipto Wening” adalah
milik pribadi Linda Heri Diyana Bondan Gunawan yang pertama kali diresmikan
pada 18 maret 2004. Setelah sempat mengalami kerusakan berat akibat gempa Jogja tahun
2006 lalu, museum ini secara resmi kembali dibuka oleh Sri Sultan Hamengku
Buwono X pada 12 November 2007.
Menurut sang pemilik, tujuan
pendirian museum batik
ini adalah untuk melestarikan batik-batik kuno asal Bantul, Yogyakarta, dan wilayah
sekitarnya. Disamping menampilkan koleksi ratusan batik kuno, museum ini juga
menyediakan ruang pamer bagi hasil karya pengrajin Batik di wilayah Imogiri
khususnya dan Bantul
umumnya.
Joglo Cipto Wening
sendiri merupakan Joglo
tua yang telah berusia 200 tahun. Cipto Wening ini pernah dianugerahi
peringkat 2 Rumah tradisional dalam kategori Joglo terbaik se-Daerah Istimewa Yogyakarta.
Museum Lingkungan Batik “Joglo Cipto Wening”
memiliki 250 hingga 300 koleksi batik dari Jogja dan Solo. Batik Jogja sendiri berasal dari batik Imogiri, Bantul.
Jogo Cipto
Wening juga menyimpan koleksi batik yang berusia lebih dari 100
tahun. Konon, beberapa dari koleksi batik museum ini pernah dikenakan oleh
Pakualam VII dan Pakualam VIII.
Menurut sang pemilik, Museum Joglo Cipto Wening
juga menyimpan beberapa kain yang dihiasi motif-motif langka yang tidak lagi
atau sudah jarang diproduksi saat ini. Beberapa motif langka tersebut antara
lain motif lereng, sidomukti, sidoluhur, atau wahyu tumurun. Motif-motif
tersebut tidak lagi diproduksi karena memerlukan keahlian dan ketelatenan yang
tinggi selama proses pembuatannya.
Salah satunya jenis batik asli Imogiri yang
dilestarikan oleh museum ini adalah batik Kelengan. Kekhasan batik jenis
ini adalah pada warna nila dan putih yang mendominasi pewarnaannya di dalamnya.
Pada zaman dulu, warna nila (Cyan) diperoleh dari sejenis rumput-rumputan yang
tumbuh di wilayah setempat.
Selama di museum ini, pengunjung
bisa melihat atraksi berupa pembuatan batik tulis oleh beberapa
perempuan sebagai salah satu daya tarik museum. Selain itu, pengunjung juga
bisa mencoba berbagai proses dalam membatik.
Museum yang dilengkapi sebuah
galeri dan toko cindera mata ini memberi suguhan tambahan pada pengunjung tiap
hari minggu dan hari libur, berupa pasar tiban. Pasar tiban ini menjual
berbagai jajanan pasar dan minuman tradisional yang mungkin sulit ditemui di
tempat lain. Museum Lingkungan Batik “ Joglo Cipto Wening” dibuka setiap
Selasa sampai Minggu mulai pukul 08.00 – 15.00 WIB.
0 komentar:
Posting Komentar