Museum Affandi

Salah satu obyek wisata budaya yang banyak dikunjungi wisatawan ketika melancong ke Yogyakarta adalah Museum Affandi. Museum ini mengingatkan kita bagaimana kegigihan seorang maestro lukis Indonesia bernama Affandi dalam mengembangkan dan mengangkat derajat seni lukis di Indonesia.
Pelukis kesayangan presiden pertama RI, Soekarno, ini sering melakukan pameran lukisan ke berbagai penjuru dunia. Bersamaan dengan itu, lewat karya-karyanya Affandi menerima
berbagai penghargaan di Asia dan Eropa, di antaranya Hadiah Perdamaian The Dag Hammarskjoeld Prize dari Italia pada tahun 1977, Bintang Maha Jasa Utama dari Pemerintah RI pada tahun 1978, dan gelar Doctor Honoris Causa dari National University of Singapure pada tahun 1977.
Dibangun secara estetis sebagai etalase untuk lukisan-lukisan Affandi, museum ini terselip di antara rerimbunan pohon kamboja, beratap menyerupai daun pisang, membujur di sisi barat Sungai Gajah Wong, dan berhadapan dengan kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga. Empat galeri museum ini pun tak kalah unik, yakni beratap lengkung seperti daun pisang. Warnanya yang didominasi hijau dan kuning memperkuat kesan artistik bangunan museum yang didominasi bahan kayu itu.
Ihwal atap museum berbentuk daun pisang itu pun punya kisah sendiri. Konon, Affandi pernah kehujanan ketika sedang melukis di sebuah tempat. Karena tidak membawa payung atau alat lain untuk berlindung, ia memotong daun pisang dan pelepahnya untuk pelindung hujan ketika melukis. Tak dinyana, hasil lukisannya dianggap publik sebagai salah satu karya terbaiknya. Saat itulah Affandi bernazar, jika suatu saat membangun rumah, maka atapnya akan dibentuk seperti daun pisang.
Arsitektur museum ini secara keseluruhan mengingatkan sosok Affandi sebagai pelukis yang sederhana dan bersahaja. Alkisah, semasa hidup Affandi sering mengenakan sarung dan kaus putih yang kadang sudah sobek di sana-sini sembari menghisap pipa rokok kesayangannya. Tak jarang dengan pakaian seadanya tersebut, Affandi berjalan kaki menemui penjual warung kaki lima dan nongkrong bersama, sehingga tidak ada yang menduga bahwa Affandi adalah sosok pelukis kenamaan yang mempunyai reputasi tingkat dunia.
Affandi lahir di Cirebon, Jawa Barat, pada tahun 1907, tanpa seorang pun, tak terkecuali Affandi, yang mengetahui dengan pasti tanggal dan bulan kelahirannya. Pada umur 26 tahun, tepatnya pada tahun 1933, Affandi menikah dengan Maryati, gadis kelahiran Bogor. Sepanjang hayatnya sebagai pelukis, Affandi melukis hampir semua subyek perupaan kehidupan manusia, binatang, dan alam, yang tertangkap matanya. Tapi subyek perupaan yang paling memikat perhatiannya, dan karena itu berulang kali muncul dalam lukisannya, adalah matahari dan potret dirinya. Dengan begitu, tak berlebihan jika dikatakan bahwa lukisan potret diri (self potrait) Affandi merupakan semacam biografi visual yang memungkinkan sang pelukis mengungkapkan pemahamannya tentang dirinya sendiri. Karena itu, lukisan potret diri Affandi tidak hanya merefleksikan perkembangan dirinya, tapi juga mencerminkan seluruh perkembangan seni lukisnya. Maka menjadi bisa dimengerti jika Affandi tak kunjung bosan melukis potret dirinya, dari debutnya pada 1930-an sampai ajal menjemputnya pada 23 Mei 1990, yang memungkinkan kita mempertautkan diri dengan keberadaannya di masa lalu dan kini.
Meski berawal dari museum pribadi, namun dalam perkembangannya oleh Yayasan Affandi selaku pengelola, museum yang pada tahun 1988 pernah dikunjungi mantan Perdana Menteri Malaysia Dr. Mahathir Mohammad ini dibuka untuk umum sebagai warisan budaya. Di samping itu, sebagai bentuk perhatian terhadap dunia pendidikan dan pariwisata, sejak tahun 1985 museum ini masuk ke dalam organisasi Barahmus (Badan Musyawarah Museum) Daerah Istimewa Yogyakarta dan pada tahun 1997 museum ini terdaftar sebagai anggota BMMI (Badan Musyawarah Museum Indonesia).
Mengunjungi museum Affandi, segera terpampang keindahan yang tak terkatakan. Perasaan bahagia bercampur ketakjuban adalah sensasi yang mungkin muncul ketika wisatawan menikmati koleksi lukisan museum ini. Saat ini, Museum Affandi memajang rapi sekitar 1.000-an lebih karya lukis, 300-an di antaranya adalah karya Affandi sendiri. Museum ini memiliki empat galeri, yakni Galeri I, Galeri II, Galeri III, dan Galeri IV. Masing-masing galeri memiliki arsitektur yang mirip, tapi dari segi isi dan penataan mempunyai ciri khas dan karakteristik yang berbeda-beda. Pelancong pun akan merasakan kemiripan sekaligus perbedaannya ketika memasuki masing-masing galeri tersebut.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar