Jika berminat menikmati liburan dengan mengunjungi candi, ada baiknya Anda menikmati pesona candi-candi lain yang tak kalah menariknya dari Candi Prambanan atau Candi Borobudur. Berkunjunglah ke Candi Barong, salah satu candi unik yang terdapat di wilayah selatan Candi Prambanan, tepatnya di perbukitan Desa Sambirejo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman.
Berbeda dengan candi Hindu lainnya yang menjadi tempat
pemujaan Dewa Siwa (dewa perusak), Candi Barong merupakan kompleks peribadatan untuk memuja Dewa Wisnu dan istrinya, Dewi Laksmi atau yang terkenal dengan nama Dewi Sri (dewi kesuburan bagi pertanian). Pemujaan terhadap Dewa Wisnu dan Dewi Sri ini, menurut Dra. Andi Riana (Kepala Unit Candi Barong) kemungkinan disebabkan oleh kondisi tanah di sekitar candi yang tandus dan tidak subur. Sehingga, dengan memuja Dewa Wisnu dan Dewi Sri diharapkan kondisi tanah tersebut menjadi subur.
pemujaan Dewa Siwa (dewa perusak), Candi Barong merupakan kompleks peribadatan untuk memuja Dewa Wisnu dan istrinya, Dewi Laksmi atau yang terkenal dengan nama Dewi Sri (dewi kesuburan bagi pertanian). Pemujaan terhadap Dewa Wisnu dan Dewi Sri ini, menurut Dra. Andi Riana (Kepala Unit Candi Barong) kemungkinan disebabkan oleh kondisi tanah di sekitar candi yang tandus dan tidak subur. Sehingga, dengan memuja Dewa Wisnu dan Dewi Sri diharapkan kondisi tanah tersebut menjadi subur.
Arca Dewa Wisnu dan Dewi Sri yang ditemukan di Candi Barong
Kompleks candi ini ditemukan oleh orang Belanda sekitar tahun 1913, pada saat perluasaan perkebunan tebu untuk mendukung produksi pabrik gula. Ketika itu, kondisi candi masih berupa reruntuhan dan sulit dikenali bentuk aslinya. Baru pada tahun 1970-an proyek pemugaran mulai dilakukan. Proses susun-coba candi mulai dilakukan pada tahun 1978, dan akhirnya berhasil merestorasi bangunan candi pertama pada tahun 1994. Pada tahun-tahun selanjutnya, diadakan pemugaran pada candi kedua, pemugaran pada pagar, serta pemugaran pada talut (bagian tepi kompleks candi yang landai).

Papan nama Candi Barong
Kompleks Candi Barong memiliki tiga teras. Teras pertama adalah halaman terluar candi, dibatasi oleh garis batu yang merupakan area kosong yang dianggap profan. Teras kedua berada di atas teras pertama yang disusun dari tumpukan batu. Di teras kedua ini ditemukan beberapa umpak batu bersegi delapan, yang diperkirakan merupakan fondasi bangunan pendopo yang terbuat dari kayu. Teras kedua ini dianggap sebagai area semi-profan. Sementara teras ketiga adalah area yang dianggap sakral, di mana terdapat dua candi: candi pertama untuk memuja Dewa Wisnu, sedangkan candi kedua untuk memuja Dewi Sri. Teras ketiga ini merupakan area tertinggi, di mana untuk memasukinya, pengunjung harus melewati tangga dan sebuah pintu gerbang yang tersusun dari batu andesit.

Candi untuk memuja Dewa Wisnu dan Dewi Sri di teras ketiga
Menurut Andi Riana, berdasarkan data arkeologis, dua candi tersebut tidak dibangun pada waktu yang bersamaan, melainkan selang beberapa tahun setelah candi pertama selesai. Hal ini terlihat dari pelebaran talut yang dilakukan pada saat membangun candi yang kedua. Kompleks Candi Barong ini diperkirakan dibangun sekitar abad ke-9 hingga 10 Masehi. Bentuk dan ukuran kedua candi tersebut hampir sama. Candi pertama berukuran 8,20 m x 8,20 m dengan tinggi 9,25 m, sedangkan candi kedua berukuran 8,25 m x 8,25 m dengan tinggi 9,25 m.
Mengunjungi Candi Barong ini, Anda akan menemukan beberapa keunikan yang tidak dapat ditemukan pada candi-candi peninggalan agama Hindu lainnya di Yogyakarta maupun Jawa Tengah. Keunikan pertama adalah hiasan kala makara berupa kepala singa (barong) yang memiliki rahang bawah. Hiasan kala makara biasanya dipahat di atas pintu atau relung-relung candi sebagai simbol penolak bala. Hiasan barong di candi-candi lain di Yogyakarta maupun Jawa Tengah biasanya hanya menggambarkan muka singa tanpa rahang bawah, sehingga hiasan di Candi Barong ini nampak cukup istimewa. Mungkin karena cukup istimewa itulah candi ini kemudian dijuluki Candi Barong oleh masyarakat sekitar. Hiasan barong yang sama juga terdapat di beberapa candi di Jawa Timur yang usianya lebih muda (dibuat pada masa Kerajaan Singosari maupun Kerajaan Majapahit).

Hiasan barong di relung Candi Barong
Pada candi ini juga ditemukan beberapa arca Dewa Wisnu dan Dewi Sri. Diperkirakan arca-arca tersebut dulunya diletakkan di relung-relung candi (pintu semu), sebab Candi Barong tidak memiliki ruangan. Saat ini arca-arca tersebut disimpan di Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Kabupaten Sleman. Hiasan lainnya yang cukup unik adalah relief Ghana dan Sankha bersayap. Ghana adalah hiasan berupa makhluk kerdil yang menopang atau menyangga relung-relung candi. Sementara Sankha bersayap merupakan salah satu simbol Dewa Wisnu. Keberadaan relief sankha bersayap ini menguatkan asumsi bahwa candi ini merupakan tempat pemujaan terhadap Dewa Wisnu, bukan Dewa Siwa seperti pada kebanyakan candi Hindu lainnya.

Relief Sankha bersayap di dinding Candi Barong
Sekitar 100 meter arah tenggara Candi Barong terdapat reruntuhan Candi Dawangsari, yang merupakan candi Buddha. Dekatnya kedua bangunan candi berbeda agama ini menggambarkan bahwa pada saat itu telah terbangun kehidupan yang harmonis di antara para pemeluk agama yang berbeda.
Sumber : http://www.wisatamelayu.com/id/tour/891-Candi-Barong/navcat
Sumber : http://www.wisatamelayu.com/id/tour/891-Candi-Barong/navcat
0 komentar:
Posting Komentar